Selasa, 11 September 2012

Pengujian Keaslian Bulu Perindu

Pengujian keaslian dari bulu perindu dan bukan merupakan pengujian isi atau kekuatan gaibnya, dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :


1. Metode Bantuan Alam.
Metode ini membutuhkan aliran sungai sbg media mutlak yang digunakan untuk pengujian. Jika bulu perindu dimasukan dalam air sungai yang mengalir, maka bulu perindu tsb tidak akan terbawa arus ( nusang, sepeti bambu pethuk ). Jika bulu perindu tsb merupakan benda alami, meskipun tidak memilki kekuatan gaib atau penghuninya telah pergi dari bulu tsb, ia tetap bergerak melawan arus.

2. Metode Bantuan Air.
Jika bulu perindu tersentu oleh air, maka ia akan berputar ke arah kanan, manakala ia dilihat dari atas genggaman tangan. Bulu perindu akan bergerak berputar dengan sendirinya jika ia dalam keadaan basah.
hal ini juga sering dapat digunakan sebagai penentu keaslian dari bulu perindu.

Air yg digunakan dalam pengujiankeaslian ini tidak harus ditentukan air tertentu, tetapi bebas. Biasanya yg digunakan adalah air ludah dari penguji.

Bulu perindu biasanya dibuat sebagai minyak pengasih juga. Yaitu dg merendamnya kedalam minyak melati, Misik Putih atau sejenisnya. Minyak yg digunakan, biasanya adalah minyak yg memilki sifat halus dan rendah alkohol.

Jika dibuat minyak, maka kekuatan gaib yang berada dalam buku perindu tsb akan memudar kemudian akan mati. Lama kelamaan jika ia direndam dalam minyak, maka ia tidak akan dapat berputar jika terkena air. Bulu perindu dalam aplikasinya adalah sama dg minyak yg berasal dari bulu perindu tsb.

Biasanya bulu perindu adalah berasal dari Kalimantan dan dari suku Dayak pedalaman. Bulu perindu juga bisa berasal dari Pulau Jawa jika memang di Jawa terdapat populasi burung elang dan pohon2 tinggi seperti di Kalimantan.
Arti Sebenarnya Lagu ILIR - ILIR
 ilir, ilir-ilir
tandure wus sumilir
tak ijo royo-royo
tak sengguh temanten anyar

Bait di atas di atas secara harafiah menggambarkan hamparan tanaman
padi di sawah yang menghijau, dihiasi oleh tiupan angin yang
menggoyangkannya dengan lembut. Tingkat ke-muda-an itu dipersamakan
pula dengan pengantin baru. Jadi ini adalah penggambaran usia muda
yang penuh harapan, penuh potensi, dan siap untuk berkarya.

Bocah angon, bocah angon
penekno blimbing kuwi
lunyu-lunyu penekno
kanggo mbasuh dodot-iro

Anak gembala,
panjatlah [ambillah] buah belimbing itu [dari pohonnya].
Panjatlah meskipun licin,
karena buah itu berguna untuk membersihkan pakaianmu.
Buah belimbing yang seringkali bergigir lima itu melambangkan lima
rukun Islam; dan sari-pati buah itu berguna untuk membersihkan
perilaku dan sikap mental kita. Ini harus kita upayakan betapapun
licinnya pohon itu, betapapun sulitnya hambatan yang kita hadapi.
Anak gembala dapat diartikan sebagai anak remaja yang masih polos
dan masih dalam tahap awal dari perkembangan spiritualnya. Konotasi
inilah yang sering muncul seketika bila orang Jawa menyebut 'bocah
angon'.
Namun pengertiannya dapat pula ditingkatkan menjadi
pemimpin, baik pemimpin keluarga, tokoh masyarakat, ataupun pemimpin
formal dalam berbagai tingkatan.

Dodot-iro, dodot-iro
kumitir bedah ing pinggir
dondomono, jlumatono
kanggo sebo mengko sore
Pakaianmu berkibar tertiup angin, robek-robek di pinggirnya.
Jahitlah dan rapikan agar pantas dikenakan untuk "menghadap" nanti
sore.

"Sebo" adalah istilah yang dipergunakan untuk perbuatan 'sowan'
atau menghadap raja atau pembesar lain di lingkungan kerajaan.
Makna pakaian adalah perilaku atau sikap mental kita.
Menghadap bermakna menghadap Allah.
Nanti sore melambangkan waktu senja dalam kehidupan, menjelang
kematian kita'

Mumpung padhang rembulane
mumpung jembar kalangane

Manfaatkan terang cahaya yang ada, jangan tunggu sampai kegelapan
tiba. Manfaatkan keluasan kesempatan yang ada, jangan menunggu
sampai waktunya menjadi sempit bagi kita

Selanjutnya >>